Kunci pertumbuhan Mobile Internet dipengaruhi 3 hal, yaitu : Infrakstruktur, Tarif dan Harga Ponsel. Bagaimana pendapat Kendro Hendra salah satu CEO Mobile Internet? Mari kita simak ulasan berikut. Pertumbuhan mobile Internet di Indonesia kian pesat beberapa tahun terakhir. Menurut Kendro Hendra, chief executive officer (CEO) inTouch, ada tiga faktor kuat yang mempengaruhi pesatnya pertumbuhan mobile Internet di Tanah Air.
Sekadar diketahui, inTouch merupakan salah satu pengembang aplikasi Mobinity, yakni aplikasi ODP (On Device Portal) yang khusus dibuat oleh pengembang teknologi, aplikasi, dan solusi mobile asal Indonesia. Tujuannya untuk menyediakan berbagai konten mobile.
"Ketiga faktor itu meliputi kesiapan infrastruktur layanan data oleh operator telekomunikasi, didukung dengan tarif Internet yang semakin kompetitif dan murah, serta harga handset yang terjangkau, mulai Rp 100 ribuan sampai Rp 1 jutaan," ujar Kendro saat diwawancarai VIVAnews di Jakarta, Sabtu 24 April 2010.
Kendro mengatakan, persaingan di dunia telekomunikasi selular, termasuk penyelenggara telekomunikasi maupun penyedia perangkat (produsen) ponsel, sedang sehat-sehatnya.
Beberapa tahun lalu, di sisi operator selular, tarif Internet masih mahal. Itu pun, kata Kendro, belum didukung dengan teknologi infrastruktur yang mumpuni, masih pas-pasan dan hanya di daerah tertentu, tidak seperti sekarang ini yang telah diramaikan dengan teknologi 3G, EVDO Rev A, dan WiMax dalam waktu dekat.
Yang menarik, menurut Kendro, justru di sisi perangkat ponsel. Trennya, orang-orang yang tadinya tidak mampu menjangkau ponsel, kini sudah mampu memilikinya.
"Tak menutup kemungkinan, 100 juta pengguna ponsel berikutnya adalah orang-orang yang benar-benar awam, yang mana sebelumnya tidak punya telepon, akses Internet, mp3 player, sampai TV. Semua pengalaman itu langsung dirasakannya melalui handphone yang dilengkapi Internet, mp3, dan TV," terang Kendro.
Hal ini, menurut Kendro, tidak lepas dari derasnya ponsel-ponsel China yang menyerbu pasar Indonesia. Dengan harga murah, kini masyarakat sudah bisa mendapatkan fitur-fitur sekelas ponsel bermerek besar (branded).
"Dulu, setahun yang lalu, ketika sopir saya punya uang Rp 1 juta, ia mencari hape Nokia second. Katanya, nggak apa-apa second, yang penting Nokia. Tapi, sekarang bagi dia, brand sudah tidak penting lagi. Dia beli hape Qwerty merek lokal," kisahnya.
"Ini fenomena baru. Seiring porsi ponsel-ponsel branded mulai tergerus di pasar, pengguna mobile Internet perlahan-lahan mencatat pertumbuhan yang signifikan," tukas Kendro.from: vivanews